
Awal Karir Mussolini: Dari Jurnalis ke Pemimpin Fasis
Benito Mussolini, yang sering disebut sebagai “Il Duce” (Sang Pemimpin), adalah sosok yang cukup kontroversial. Awalnya, Mussolini adalah seorang jurnalis dan bahkan pernah aktif sebagai anggota Partai Sosialis Italia. Tapi, seiring berjalannya waktu, ideologinya bergeser drastis ke arah nasionalisme radikal. Pada tahun 1922, dia berhasil meraih kekuasaan sebagai Perdana Menteri Italia setelah menggerakkan March on Rome, dan tak lama kemudian mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin fasis pertama di dunia. Dengan semboyan-semboyan yang menonjolkan keagungan Italia dan masa lalu Kekaisaran Romawi, Mussolini berhasil menarik dukungan massa dan memantapkan kekuasaannya. Siapa Mussolini dan Sedekat Apa Ia dengan Hitler?
Munculnya Kedekatan Mussolini dengan Hitler
Meski keduanya pemimpin diktator yang di kenal cukup kejam, hubungan antara Mussolini dan Hitler sebenarnya tidak selalu hangat sejak awal. Faktanya, Mussolini awalnya skeptis terhadap Hitler. Saat Hitler mulai berkuasa di Jerman pada awal 1930-an, ia melihatnya sebagai pesaing. Namun, seiring situasi politik di Eropa makin memanas, kedua pemimpin ini mulai saling mendekat, dan mereka menemukan kesamaan dalam ideologi mereka. Sama-sama punya obsesi terhadap supremasi bangsa, mereka pun membentuk Paksi Poros yang menjadi salah satu faktor kunci dalam Perang Dunia II.
Hubungan mereka mulai benar-benar kuat pada pertengahan 1930-an ketika Mussolini menyaksikan Jerman berhasil memperluas pengaruhnya di Eropa. Mussolini merasa harus bersekutu dengan Hitler untuk mempertahankan posisinya di Eropa. Transisi dari pesaing menjadi sekutu ini makin kuat saat mereka bersama-sama menandatangani Pakta Anti-Komintern pada tahun 1936, yang menentang penyebaran komunisme global.
Hubungan Kedua Pemimpin: Persahabatan atau Kepentingan?
Banyak sejarawan yang berpendapat bahwa hubungannya dengan Hitler lebih berdasarkan kepentingan daripada persahabatan. Bagi Mussolini, kedekatan dengan Jerman adalah jalan untuk memperluas wilayah Italia dan memperkuat pengaruhnya. Italia, yang pada dasarnya tidak memiliki kekuatan militer sekuat Jerman, memerlukan dukungan militer dan ekonomi yang di sediakan oleh Hitler.
Sebaliknya, bagi Hitler, aliansi dengan Italia penting untuk strategi militer Jerman di Mediterania. Italia memberikan akses geografis yang strategis untuk membantu Jerman menguasai sebagian besar Eropa. Meski begitu, perbedaan ideologi mereka tetap terlihat. Misalnya, Hitler sangat terobsesi dengan rasisme, sementara Mussolini awalnya tidak terlalu fokus pada masalah ini. Namun, saat pengaruh Hitler makin kuat, Ia mulai mengadopsi kebijakan anti-Semit yang mirip dengan Nazi, meski dengan intensitas yang lebih rendah.
Akhir yang Tragis: Dari Sahabat Menjadi Beban
Pada akhir Perang Dunia II, hubungan antara Hitler dan Mussolini berubah drastis. Italia mulai kalah dalam berbagai pertempuran, dan dukungan rakyat terhadap Mussolini mulai pudar. Tahun 1943, Mussolini di gulingkan oleh pemerintahnya sendiri dan sempat di tahan sebelum akhirnya di selamatkan oleh pasukan Jerman. Hitler memberikan dukungan militer agar Mussolini bisa mendirikan negara boneka bernama Republik Sosial Italia di bagian utara Italia.
Meski sudah di selamatkan, ia saat itu lebih seperti boneka yang di kendalikan oleh Hitler. Dukungan yang tersisa pun hanya dari Jerman, sementara banyak warga Italia sudah kehilangan kepercayaan terhadap dirinya. Pada akhirnya, Ia tewas secara tragis di tangan partisan Italia pada tahun 1945, hanya beberapa hari sebelum Hitler bunuh diri di Berlin. Kematian keduanya menandakan akhir dari kepemimpinan fasis di Eropa, dan aliansi mereka berakhir dengan kegagalan yang besar.
Hubungan yang Penuh Intrik dan Kepentingan
Kisah Dirinya dengan Hitler memperlihatkan betapa rapuhnya aliansi yang di bangun di atas kepentingan pribadi. Meskipun pada awalnya mereka tampak kompak, perbedaan ideologi dan ambisi pribadi keduanya pada akhirnya memicu kehancuran. Hubungannya dengan Hitler adalah contoh klasik bagaimana hubungan politik bisa berubah secara drastis ketika keadaan tidak lagi mendukung.